Assassins atau Hasyasyin, begitulah sebutannya. Kata inilah yang kemudian populer saat terjadinya perang Salib, dan di Barat kata ini dibawa oleh Marco Polo, serta dipopulerkan oleh Edward Burman (1987) dan Bernard Lewis. Hasyasyin adalah kelompok pembunuh rahasia yang terkoordinir dan terlatih dengan baik. Hasyasyin dibentuk oleh Hassan Ibn Shabah yang tersingkir dalam pertarungan politik di Dinasti Fathimiyyah Mesir pada tahun 1090.
Ia bersama gerakan Hasyasyin-nya pernah menggalang kekuatan Syi’ah di Suriah untuk membunuh para tokoh dan pimpinan Sunni (Ahlus Sunah wal Jamaah), salah satunya Shalahuddin Al Ayyubi yang telah mengambil alih kekuasaan Dinasti Fathimiyyah pada tahun 1171.
Muhammad Asy Syahim dalam bukunya ‘Shalahuddin Al Ayyubi’ menjelaskan bagaimana Hasyasyin menyelinap ke kamar tidur Panglima Islam tersebut. Dengan meletakkan belati berlumuran darah di atas bantal Shalahuddin, mereka mengirim sebuah surat sebagai bentuk teror. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut:
“Hai Sultan yang telah merampas kekuasaan, meskipun engkau telah menutup pintu-pintu istanamu, dan menempatkan penjaga yang ketat engkau tidak akan selamat dari kelompok Hasyasyin. Syekh Jabal, pemimpin Syekh Hasyasyin, selalu memperhatikanmu. Jika kami mau, niscaya malam ini kami sudah membunuhmu. Kami hanya ingin memberi peringatan kepadamu agar memperbaiki perilakumu dan mengembalikkan hak yang telah engkau rampas. Engkau tidak perlu mencari tahu siapa saya karena hal itu sangat sulit. Bisa saja aku ini adalah saudaramu, pelayanmu, penjagamu, atau istrimu yang kamu sendiri tidak tahu.”


Baca artikel  selengkapnya di MUT’AH DALAM SYIAH tafhadol
Alhamdulillah, Shalahuddin tidak takut dengan gertakan murahan tersebut. Sebaliknya, ia malah bersikukuh untuk membasmi Hasyasyin hingga ke akar-akarnya. Maka pada tahun 572 H atau 1176 M, Shalahuddin bersama pasukannya bergerak menuju Syam dan menyerang mereka.
Ketika itu pun banyak jatuh korban dari pasukan musuh. Hasyasyin pun kemudian meminta damai dan pengampunan dari Shalahuddin. Dan Shalahuddin memenuhinya.
Hassan Ibn Sabbah juga membuat benteng-benteng Hasyasyin salah satunya di Masyaf daerah Suriah saat masa Perang Salib. Carrol Hilendbrand dalam bukunya Perang Salib: Sudut Pandang Islammenjelaskan bahwa Benteng Hasyasyin di Suriah ini memiliki dinding pertahanan konsentris ganda. Benteng itu dengan hati-hati diposisikan ke Barat Hama di Jabal Anshariyah, tempat dimana jalan tersebut berbelok ke utara menuju Lembah Orentes.
Biasanya Benteng Hasyasyin sangat terpencil dan terletak di pegunungan, maka itu benteng Hasyasyin terkenal sebagai salah satu benteng yang sangat susah ditembus. Bahkan Hilendbrand mengatakan bahwa Benteng Hasyasyin salah satu benteng terkuat dan terlindung di Iran pada periode 1100-an.
Ibnu Muyassar, seperti dikutip Hilendbrand, menceritakan bahwa setelah kematian Hasan Ibn Sabbah pada tahun 518 H/1124 M, Hasyasyin telah merebut banyak benteng pegunungan di Suriah. Mereka melakukan itu biasanya dengan cara sogokan dan tipu muslihat, yang delapan diantaranya berhasil mereka pertahankan sampai Baybars merebutnya pada 1270-1273. Mereka juga dengan hati-hati memilih kawasan dimana mereka bisa mengajak para penduduk setempat menerima ajaran Syiah Ismailiyyah. Menurut Bernard Lewis dalam bukunya The Assassins: Radical Sect In Islam, dikatakan bahwa dari segi bentuk, orang-orang Syiah Ismailiyah merupakan sebuah masyarakat rahasia, yang mempunyai sistem sumpah, inisiasi serta tingkatan-tingkatan pangkat dan pengetahuan.
Rahasia-rahasia mereka terjaga dengan baik, dan informasi mengenai mereka terpisah-pisah serta membingungkan. Orang-orang ortodoks yang suka berpolemik melukiskan orang-orang Syiah Ismailiyah sebagai gerombolan orang-orang nihilis palsu yang menipu korban-korbannya melalui tahapan-tahapan penistaan yang terus menerus, dan pada akhirnya memperlihatkan hal-hal yang amat buruk kepada orang-orang yang tidak mempercayai mereka.
Sebenarnya banyak analisa di balik motif didirikannya Hasyasyin, selain memang bertujuan melawan Sunni, para analis juga bahwa mengatakan Hasyasyin tidak lain adalah kelompok yang dibentuk untuk memenuhi misi pribadi yang dibawa oleh Hasan Ibn Sabbah setelah disingkirikan Dinasti Fathimiyyah. Hal ini pun diamini oleh Philip K. Hitti. Dalam bukunya, The History of Arabs, Hitti mendelegasikan bahwa gerakan Hasyasyin murni dilakukan untuk memuaskan ambisi pribadi, dan dari segi keagamaan sebagai alat untuk balas dendam kepada Dinasti Fathimiyyah.
Bernard Lewis juga meletakkan peran teologis (baca: Syiah Ismailiyyah/Sempalan Syiah) dalam memicu munculnya gerakan Hasyasyin. Menurutnya, Hasyasyin adalah kelompok teologis yang bergerak dalam konspirasi pembunuhan melawan agama dan masyarakat. Bagi para pengikut Syiah Ismailiyyah, mereka adalah korps elit yang berperang melawan musuh-musuh imam dalam keyakinan mereka dengan menjatuhkan para penindas dan perebut kekuasaan.
Namun berbagai kalangan juga memiliki analisa tersendiri terkait kelompok Hasyasyin. Tidak sedikit sejarawan menulis bahwa antara Hasyayin dan Kabbalah terjalin hubungan kuat. Hitti masih dalam bukunya History of Arabsmendelegasikan asal muasal gerakan Hasyasyin didirikan oleh seorang bernama Hamdan al-Qarmath. Ia dikenal sebagai warga Irak zaman dulu yang gemar pada ilmu-ilmu perbintangan dan kebatinan, mirip dengan pengikut Kabbala. Sebab kita ketahui era Irak kuno (Babilonia) di Mesopotamia memang terkenal akan warisan ilmu perbintangannya.
Gelar Qarmath diberikan karena postur dan kedua kakinya yang pendek, berasal dari Khuzastan di Ahwaz kemudian pindah ke Kufah. Alirannya kemudian membesar dan mendirikan sebuah kelompok (Qaramithah) yang menggunakan metode militer dan sangat bersifat rahasia. Mereka menampakkan diri mendukung keluarga Rasulullah saw dan mengaku bernasab kepada Muhammad bin Ismail bin Ja’far ash-Shadiq, padahal hakikat sebenarnya dari aliran ini adalah ilhad, akidah permisif, merusak moral luhur dan memadamkan daulah Islamiyah.
Dari sinilah lahir analisa bahwa Hasyasyin dan Knight Templar memiliki misi sama untuk menggulingkan Islam menemui muaranya. Banyak kalangan menilai jika Hasyasyin dan Knight Templar bagaikan dua sayap dalam satu tubuh yang sama. Hasyasyin bertugas menggembosi Islam dari dalam sedangkan Templar bertugas melucuti Kristen dengan memasukkan ideologi Kabbalahnya. (Pizaro/Bersambung)
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: