islampos.com—AFGHANISTAN tak pernah berhenti berdetak. ‘Taliban’, pembunuhan sipil, pasukan asing adalah tiga hal yang sangat akrab di bumi itu dengan latar belakang kemiskinan dan korupsi.
Untuk mendapatkan lebih dari hanya sekadar laporan utama, GlobaliaMagazine berbicara dengan Parvez Syeikh Asad. Syeikh adalah sarjana lulusan dari Afrika Selatan Dallas College, Cape Town, dan telah mengelilingi semua wilayah Afghanistan dan telah menerbitkan beberapa makalah mengenai isu-isu geo-strategis dan regional. Berikut petikannya:
Jumlah data sekarang ini tidak memungkinkan untuk para jurnalis dan pembaca untuk melihat sekilas pada situasi nyata di Afghanistan…
Baca
artikel selengkapnya di MUT’AH DALAM SYIAH tafhadol
Afghanistan ditutupi dengan retorika ‘perang melawan teror.’ Jika orang mulai untuk menganalisis situasinya dengan mencoba menganalisis, mustahil untuk sampai pada pemahaman tentang ‘situasi yang sebenarnya.’ Kemampuan untuk menganalisis kejadian-kejadian di Afghanistan mengharuskan dibentuknya model analisis atau tesis yang tepat. Setelah model ini dibentuk, data akan didapat dengan sendirinya. Perang di Afghanistan dan ‘perang melawan teror’ bukan tentang terorisme atau Taliban, itu adalah hasil alami dari sifat politik dan ekonomi dari hegemoni Amerika. Gerakan neo-konservatif selama pemerintahan Bush memulai percobaan besar untuk mendirikan pemerintahan dan model keuangan Amerika, dengan paksa.
Pada saat yang sama mekanisme keuangan federal Amerika mengambil keuntungan dari perang, dari masa Civil War-nya sendiri. Pengeluaran federal yang besar selalu oleh perang, dan itu dimaksudkan untuk membantu ekonomi Amerika agar tidak goyah. Secara geo-politik, Amerika perlu memiliki beberapa cara kehadiran di wilayah Asia Tengah dan Selatan sebagai alat untuk menjamin akses kepada kekayaan alam yang luas dan dekat dengan jalur perdagangan utama. Itu juga sebagai alat untuk memeriksa saudara “kembar siam”-nya; Cina dan Rusia.
Tidak seperti kasus Vietnam, mengapa hampir tidak ada tekanan nyata dari politisi Barat untuk mengubah program pro-perang mereka?
Terpilihnya Barack Obama merupakan acara katarsis yang menyerap langkah awal menentang perang. Obama menyatakan bahwa ia akan fokus pada dan mengakhiri Perang di Afghanistan sebagai bagian dari kampanyen pemilihannya. Publik Amerika yang melawan perang sedang menunggu Obama untuk melaksanakan janjinya. Segmen ini bukanlah mayoritas penduduk dan kita harus menghargai peran penting media dalam mengarahkan opini publik.
Obama perlu menemukan strategi keluar dari perang dan gerakan rakyat yang menentang perang itu akan membantu menciptakan suasana politik yang kondusif. Ini untuk kompromi kepada kemenangan lawan (Amerika) yang tak terduga di Afghanistan. Kita mungkin mulai melihat tekanan yang lebih besar dalam negeri Amerika untuk mengakhiri perang. Artikel Rolling Stone yang diterbitkan baru-baru ini sampai mengakibatkan pemecatan Stanley McChrystal, dan itu adalah contoh bagaimana kompromi dapat diproduksi melalui media; Obama membutuhkannya jalan keluar, McChrystal ingin keluar, jurnalis menginginkan Pullitzer, semua orang menang. Perang di Afghanistan tidak membantu Amerika, baik secara politik dan ekonomi dan tekanan untuk mengakhirinya selalu terus datang.
Bagaimana dengan posisi Taliban sendiri?
Taliban baru-baru ini setuju untuk bekerja dengan organisasi-organisasi hak asasi manusia untuk menyelidiki tindakan tidak adil yang dilakukan oleh pasukan Barat, dan korban sipil yang tinggi disebabkan oleh serangan pesawat siluman. Jika ada hasilnya, akan menjadi bagian dari gerakan media untuk menciptakan suasana kondusif untuk keluar dari jurang kemerosotan Afghanistan. Taliban beroperasi di luar lingkup hukum internasional.
Bagaimana pengaruh pihak asing di Afghanistan; katakanlah Iran?
Salah satu kesalahan mendasar yang dibuat oleh media populer adalah pengelompokan Muslim dengan Syiah (menjadi satu). Muslim dan Syiah adalah dua agama terpisah dengan ideologi politik yang sama sekali tidak kompatibel. Mayoritas Afghan adalah Muslim dan pengaruh Iran, dalam hal ini Syiah, di kawasan Afghanistan tidak akan diterima. Presiden Iran di Afghanistan (tempo hari) hanya untuk mendukung Aliansi Utara yang terdiri dari suku Hazara di Afghanistan utara. Iran, serta India, bekerjasama dengan rezim Karzai, tetapi tidak akan mudah dicerna (diterima) oleh rakyat Afghan.
Bagaimana dengan pemerintah Pakistan?
Amerika sudah menekan Pakistan begitu rupa untuk mengambil sikap keras sejak awal Perang Afganistan. Pada kenyataannya, ketika Presiden Obama menyatukan Pakistan dan Afghanistan pada awal 2009, Pakistan secara resmi menjadi perang Afghanistan dengan porsi sama banyaknya. Amerika sekarang perlu menciptakan kambing hitam yang akan memfasilitasi alasan untuk keluar dari teater Afghanistan dan tekanannya ditempatkan pada Pakistan. Tahun lalu, ketika peningkatan tentara Amerika di Afghanistan sebagai bagian dari rencana Obama. Tekanan pada Pakistan merupakan elemen strategis dalam wacana politik dalam negeri Amerika yang memfasilitasi sikap di Afghanistan, sementara pada saat yang sama, merestui kehadiran Amerika di salah satu negara penting dan strategis di seluruh Tengah dan wilayah Asia Selatan.
Bagaimana mungkin perang Afghansitan lebih lama dari Perang Dunia II?
Amerika perlu broker kesepakatan dengan mayoritas Pathan dan Taliban. Satu-satunya cara Amerika untuk keluar dari Afghanistan adalah dengan kompromi terhadap Taliban. Model Karzai saat ini tidak akan bertahan jika Amerika menarik keluar tanpa naungan Pathan dan situasinya hanya akan memburuk. Pakistan adalah satu-satunya negara yang dapat menjadi broker dan Amerika harus melihat Pakistan sebagai fasilitator kunci menuju keluar dari Afghanistan dengan terhormat. [sa/islam pos/globaliamagazine]
Post A Comment:
0 comments: